Pengumuma CASN 2014--JAKARTA - Setelah terbitnya Undang-Undang Aparatur Sipil Negara (UU ASN) terjadi perubahan dalam aturan kepegawaian. Pemerintah tidak lagi merekrut tenaga honorer sebagai penambal kebutuhan PNS. Sebagai gantinya, pemerintah merekrut tenaga kontrak untuk sejumlah bidang pekerjaan yang tidak bisa diisi ASN.
Selama ini tenaga honorer banyak yang
untuk ASN posisi guru. Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik
Indonesia (Ketum PB PGRI) Sulistyo mengatakan, aturan tenaga honorer
selama ini sangat merugikan. "Khususnya untuk posisi honorer guru,
sangat tidak manusiawi," katanya saat paparan akhir tahun PB PGRI
kemarin.
Sulistyo menuturkan bahwa banyak guru
honorer yang digaji Rp 300 ribu per bulan. "Bahkan ada yang kurang dari
Rp 300 ribu," tandasnya. Setelah keluar UU ASN, Sulistyo berharap
penerapan status tenaga kontrak permerintah lebih baik dari pada aturan
tenaga honorer.
Pihak PGRI tidak ingin aturan ini hanya sebatas berganti nama. Sulistyo berharap ketentuan tenaga kontrak harus benar-benar memperhatikan kesejahteraan pegawai.ASN Diantaranya adalah urusan gaji.
Pihak PGRI tidak ingin aturan ini hanya sebatas berganti nama. Sulistyo berharap ketentuan tenaga kontrak harus benar-benar memperhatikan kesejahteraan pegawai.ASN Diantaranya adalah urusan gaji.
"Pemerintah harus tegas menetapkan bahwa
gaji tenaga kontrak itu ada di APBN atau APBD," katanya. Selain itu
Sulistyo berharap besaran gaji tenaga kontrak ini tidak terlalu beda
jauh dengan aparatur PNS.
Selama ini pemberian gaji untuk tenaga honorer tidak jelas. Khusus pada posisi guru, gaji tenaga honorer ditalangi dari sebagian anggaran BOS (bantuan operasional sekolah). Sistem ini menurut PGRI sangat merugikan tenaga kontrak, karena tidak memiliki kejelasan.
Selain urusan nasib guru honorer, PGRI juga mengkritisi sistem kenaikan pangkat ASN. Dia mengatakan saat ini ada sekitar 800 ribu guru ASN yang mentok di pangkat IV-a. Kendalanya adalah untuk kenaikan pangkat ke IV-b, para guru itu diwajibkan membuat penerbitan karya ilmiah di media massa cetak.
Aturan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permen PAN-RB) 16/2009. "Kami meminta pemerintah untuk merevisi peraturan itu," kata dia. Dia menjelaskan bahwa tugas pokok guru adalah melakukan pembelajaran. (wan)
Selama ini pemberian gaji untuk tenaga honorer tidak jelas. Khusus pada posisi guru, gaji tenaga honorer ditalangi dari sebagian anggaran BOS (bantuan operasional sekolah). Sistem ini menurut PGRI sangat merugikan tenaga kontrak, karena tidak memiliki kejelasan.
Selain urusan nasib guru honorer, PGRI juga mengkritisi sistem kenaikan pangkat ASN. Dia mengatakan saat ini ada sekitar 800 ribu guru ASN yang mentok di pangkat IV-a. Kendalanya adalah untuk kenaikan pangkat ke IV-b, para guru itu diwajibkan membuat penerbitan karya ilmiah di media massa cetak.
Aturan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permen PAN-RB) 16/2009. "Kami meminta pemerintah untuk merevisi peraturan itu," kata dia. Dia menjelaskan bahwa tugas pokok guru adalah melakukan pembelajaran. (wan)
No comments:
Post a Comment